17 Februari 2009

Kacang = Jerawat ?

Jangan sering makan kacang dalam jumlah yang banyak, nanti timbul jerawat di wajah. Demikian mitos seputar jerawat yang kebenarannya masih menjadi pro dan kontra di antara para pakar kecantikan. Selain kacang, konon coklat juga menjadi musuh utama bagi para wanita yang wajahnya mudah ditumbuhi jerawat.

Is it true? Well, sampai saat ini masih sering terjadi perdebatan. American Academy of Dermatology, sebuah institusi untuk urusan kecantikan kulit, adalah salah satu badan yang berpendapat bahwa jerawat tidak disebabkan oleh makanan seperti kacang, coklat atau ice cream. Namun sebuah hasil riset, membuktikan hal yang bertolak belakang.

Colorado State University Department of Health and Exercise, menyarankan untuk mengurangi gula dan makanan yang kadar karbohiodratnya tinggi. Institusi tersebut telah meneliti sekitar 1300 orang penduduk pulau Kitivan di Papua New Guinea, yang puasa makanan manis serta makanan berkarbohidrat. Seharo-harinya mereka hanya makan ikan, buah dan daging yang dimasak secara tradisional. Hasilnya? Tidak ada satu jerawat pun yang bertengger di wahaj mereka.
Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu produksi hormone androgen yang membuat kulit jadi berminyak. Demikian statement dari Howard Murad, seorang professor dari UCLA School of Medicine. Pernyataan tersebut menjelaskan mengapa para penduduk pulau tersebut bebas dari jerawat.

Untuk Anda yang masih berusaha memerangi jerawat, tak ada salahnya mencoba, bukan? Mulai hari ini, cobalah untuk mengurangi gula dalam teh atau kopi. Serta mengurangi roti-rotian, kentang atau nasi pada menu sehari-hari Anda, agar wajah bebas jerawat jadi milik Anda.

sumber: www.dechacare.com

Label:

Jus Buah Lebih Efektif Cegah Sakit Jantung

Mengonsumsi buah-buahan memang sangat bermanfaat bagi kesehatan termasuk mencegah penyakit pembuluh darah dan jantung. Namun riset terbaru mengindikasikan, mengonsumsinya dalam bentuk jus atau sari buah, ternyata memberi khasiat lebih besar ketimbang memakannya dalam bentuk utuh.

Dr. Kelly Decorde dari Universitas Montpellier Prancis dan timnya melaporkan penelitian yang untuk peratmakalinya membuktikan bahwa mengolah buah menjadi jus atau sari buah berdampak penting bagi kesehatan. Selama ini, kata Decorde, masyarakat mengonsumsi buah dalam bentuk olahan seperti jus, namun informasi mengenai komposisi nutrisinya hanya terbatas pada bentuk utuhnya.

Untuk menganalisis sejauh mana proses "juicing" ini mempengaruhi kandungan antioksidan kuat pada buah yang disebut fenol, Decorde dan timnya melakukan uji coba menggunakan hamster.

Binatang-binatang ini dibagi dalam kelompok dan di antaranya ada yang dibiarkan diet dengan kadar lemak dan kolesterol tinggi untuk memicu timbulnya aterosklerosis atau pembentukan plak-plak lemak dalam pembuluh arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke . Kelompok hamster ada yang diberi buah apel, anggur ungu, jus apel, jus anggur dan air.

Di antara hamster juga ada kelompok yang dikontrol untuk menjalani diet normal. Jumlah buah yang dikonsumsi para hamster diseimbangkan dangan konsumsi normal manusia yang rata-rata sekitar tiga buah apel dan tiga rangkai anggur per hari . Hamster juga diberi jus yang setara dengan empat gelas per hari untuk manusia dengan berat 70 kilogram (154 pon).

Apel dan anggur menurut kajian para peneliti memiliki kadar fenol yang setara, sementara jus anggur ungu memiliki phenol 2,5 kali lebih banyak ketimban jus apel .

Pada akhir riset terungkap, dibandingkan yang dminum air, hamster yang diberi buah dan jus mencatat kadar kolesterol rendah, stres oksidatif rendah, serta akumulasi lemak yang sedikit pada pembuluh aorta, saluran utama yang menyuplah darah mengandung okigen ke seluruh tubuh. Jus anggur ungu tercatat memberi pengaruh paling besar diikuti buah anggur ungu, jus dan buah apel.

"Temuan ini mengindikasikan bahwa jumlah fenol yang terkandung dalam makanan memiliki pengaruh langsung terhadap kekayaan antioksidannya, " tulis peneliti yang memuat riset mereka dalam Molecular Nutrition and Food Research edisi April 2008.

Zat-zat antioksidan lainnya dalam buah-buahan seperti vitamin C dan karotenoid, juga dapat memberi kontribusi bagi khasiatnya. Hasil penelitian ini kata, Decorde, memberikan saran dan dorongan bahwa manfaat buah dan jus buah memilii relevansi yang signifikan dan dapat diapliasikan bagi kesehatan masyarakat.

sumber: www.dechacare.com

Label:

Mengatasi sakit kepala, perlukah dengan obat ?

Mengingat cukup banyaknya efek samping dari penggunaan obat sakit kepala, ada baiknya mencoba pengobatan non-obat yang alami yang dapat membantu mencegah serangan atau bahkan mengobati sakit kepala. Kami menyadur dari www.faqs.org yang telah mengumpulkan informasi tentang pengobatan alami tersebut, dan kebanyakan pengobatan yang diinformasikan berikut terbukti efektif, dan umumnya punya dasar teori yang berhubungan.

Pengobatan alami umumnya tidak memiliki efek samping. Sering kali
beberapa pengobatan alami dapat dilakukan secara bersamaan. Jika satu pengobatan dapat mengurangi nyeri kepala, makapengobatan yang lain dapat membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan nyeri kepala yang timbul.

Perlu diingat bahwa tidak semua pengobatan ini efektif pada setiap orang. Efek yang dirasakan pun mungkin berbeda. Beberapa pengobatan bisa jadi malah menambah rasa sakit kepala, danbeberapa pengobatan mungkin malah tidak berefek sama sekali. Anda boleh memutuskan untuk mencoba beberapa metode pengobatan dan memilih metode terbaik untuk Anda.

1. Untuk Efek Segera
Tindakan pengobatan di bawah ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri saat sakit kepala menyerang.

Mandi dengan cara menyiram tubuh atau dengan shower.

Istirahat, berbaring di ruangan gelap.

Hindari lampu terang atau nyala lampu yang menyilaukan.

Taruh sesuatu yang dingin di bagian belakang leher, seperti handuk yang dingin dan basah; atau taruh bergantian antara handuk dingin dan handuk hangat di tempat nyeri

Taruh kompres dingin di kening, sambil merendam kaki di wadah berisi air hangat.

Minum air atau jus buah alami, terutama jus tomat.

Apabila Anda belum makan sama sekali, coba konsumsi makanan atau minuman yang bergizi

Pijatlah wajah, kepala, leher, bahu dan punggung Anda agar otot-otot lebih rileks.

Tekan dua titik pressure di bagian belakang leher yang berjarak kira-kira dua inci, terletak tepat di bawah tengkorak, satu sampai dua menit. Tindakan ini dapat melepaskan endorphin yang dapat membantu melegakan nyeri.

Pijat atau tekan bagian berdaging antara ibu jari dan jari telunjuk.

Tekuk pelan-pelan kepala Anda ke kanan atau ke kiri untuk meregangkan otot-otot leher. Pijat dan rileks-kan otot-otot yang tegang.

Hindari sumber stress.

Hindari berolahraga saat sakit kepala jika olahraga tersebut menambah nyeri pada kepala dan leher.

Minum vitamin C, vitamin B6, choline, triptofan, serta niacin dan/atau magnesium


2. Pengobatan ala Chiropraktik
Menurut kaidah chiropraktik, sakit kepala kadangkala disebabkan oleh bergesernya tulang belakang dari tempatnya, tapi karena pergeseran ini sangat sedikit biasanya tidak terdeteksi. Pergeseran ini bisa jadi disebabkan karena mengangkat barang yang berat atau posisi duduk yang salah yang bisa mengganggu syaraf-syaraf di tulang belakang sehingga menyebabkan sakit kepala. Chiropractor (praktisi chiropraktik) biasanya mengobati sakit kepala dengan mendorong tulang-tulang tersebut secara perlahan untuk mengembalikan posisinya.

Metode yang dapat melegakan sakit kepala yang disarankan oleh chiropractor adalah dengan melakukan peregangan otot leher ke kiri dan ke kanan secara perlahan dan lembut (peringatan : jangan melakukan gerakan berputar!). Hindari duduk dengan kepala tertunduk dalam waktu yang lama dan berbaring telentang dengan kepala disangga bantal. Jika hendak memakai bantal sebaiknya gunakan bantal yang dapat menyangga leher tapi tidak menyangga kepala terlalu tinggi. Saat berbaring miring, gunakan bantal untuk menyangga kepala dan leher. Saat duduk, contohnya bekerja dengan computer, sering-seringlah mengubah posisi duduk dan cermati apakah ada otot bahu yang tegang saat menyangga tangan.

3. Biofeedback
Dengan biofeedback, seseorang akan belajar mengendalikan fungsi tubuh yang diatur oleh syaraf tak-sadar, misalnya detak jantung. Beberapa fungsi tubuh seperti otot tegang, telapak tangan yang dingin dan dilepaskannya hormon-hormon dalam darah seperti adrenalin adalah kendali syaraf tak-sadar yang terlibat dalam sakit kepala.
Biofeedback berarti memanfaatkan informasi yang tersedia oleh tubuh yang dikendalikan oleh syaraf tak sadar, lalu secara sadar informasi-informasi tersebut dirubah agar sesuai dengan kehendak kita. Apabila hal ini dilatih terus menerus, orang akan terbiasa mengatur fungsi tubuhnya agar bekerja sesuai kehendaknya.

Fase I pada migrain mirip dengan respon tubuh terhadap rasa takut. Pada fase I, darah dari tangan dan kepala mengalir ke otot besar. Tangan, terutama ujung-ujung jari akan menjadi dingin karena darah tertarik keluar. Perasaan bingung atau ketidakmampuan untuk berpikir jernih yang muncul dalam fase I mirip dengan rasa takut. Rasa nyeri akan muncul di fase II, ketika pembuluh-pembuluh darah kepala dan leher over-reaksi dan melebar kembali ke bentuk yang lebih besar daripada ukuran normal. Sakit kepala ini dapat dicegah dengan menurunkan tingkat keparahan fase I yang kemudian dapat mencegah terjadinya fase II.

Tingkat hormon dalam darah yang menyebabkan kontraksi pembuluh-pembuluh darah, seperti serotonin dan adrenalin, bisa dikendalikan dengan biofeedback, misalnya dengan memikirkan hal-hal yang bersifat rileks dan menyenangkan. Kadar serotonin dapat dimonitor dengan memeriksa temperatur pada jari dan tangan misalnya dengan menggunakan thermometer atau dengan menempelkan telapak tangan pada pipi. Jika tangan terasa hangat atau panas, artinya sudah sesuai dengan suhu tubuh. Apabila hal ini sering dilakukan, lama-lama orang akan menemukan tehniknya sendiri-sendiri dalam mengendalikan fungsi tubuhnya.
Sumber : www.faqs.org dan www.cartercenter.org

Label: